
KELOMPOK prodemokrasi Tunisia meraih penghargaan Nobel Perdamaian 2015 untuk upaya mereka dalam proses transisi demokrasi.
Komite Nobel Norwegia menyatakan Kuartet Dialog Nasional berjasa atas ‘kontribusinya dalam membangun demokrasi yang pluralistis’ di Afrika Utara menyusul revolusi 2011.
“Mereka menyusun proses politik alternatif yang damai ketika negara mereka berada dalam ambang perang saudara,” seperti dinyatakan komite, Jumat, 9 Oktober.
Penghargaan bergengsi ini dilihat sebagai dorongan besar demokrasi di Tunisia, yang masih relatif muda dan belum stabil dengan dua serangan ekstrimis pada tahun ini yang menewaskan 60 orang dan memukul industri pariwisata negeri itu.
Kuartet Dialog Nasional terdiri dari empat masyarakat sipil Tunisia, yaitu Serikat Buruh Umum Tunisia, Konfederasi Industri Tunisia, Liga Hak Asasi Manusia dan Asosiasi Pengacara Tunisia.
“Hadiah Nobel 2015 dianugerahkan kepada Kuartet ini, bukan kepada masing-masing organisasi,” jelas Komite Nobel Norwegia.
Tahun ini terdapat 273 calon untuk Nobel Perdamaian, yang menjadi penutup dari penghargaan Nobel selama sepekan ini.
Hari Kamis, 8 Oktober, penulis dan jurnalis Belarus, Svetlana Alexievich, meraih Nobel Kesusastraan karena karya-karyanya dinilai sebagai ‘monumen bagi keberanian dan penderitaan pada masa kita’.
Adapun penghargaan Nobel Kedokteran diberikan kepada William C Campbell, Satoshi Omura, dan Youyou Tu terkait penyakit yang diakibatkan parasit.
Sedang Nobel Kimia dianugerahkan kepada Tomas Lindahl, Paul Modrich, dan Aziz Sancar terkait temuan dalam perbaikan DNA.
Sementara Takaaki Kajita dan Arthur McDonald meraih Nobel Fisika karena penelitian mereka dalam menemukan bagaimana neutrino berpindah ke berbagai ”rasa”. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com