BRG Pilih HSU Jadi Tempat Lokalatih Kerajinan Anyaman Purun Dan Kain Sasirangan Alami

Ketua TP PKK Kabupaten HSU, Hj Anisah Rasyidah Wahid, ketika menyampaikan pesan-pesannya sebelum dimulainya lokalatih.
Ketua TP PKK Kabupaten HSU, Hj Anisah Rasyidah Wahid, ketika menyampaikan pesan-pesannya sebelum dimulainya lokalatih.
Ketua TP PKK Kabupaten HSU, Hj Anisah Rasyidah Wahid, ketika menyampaikan pesan-pesannya sebelum dimulainya lokalatih.
Ketua TP PKK Kabupaten HSU, Hj Anisah Rasyidah Wahid, ketika menyampaikan pesan-pesannya sebelum dimulainya lokalatih.

KABUPATEN Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan, dengan daerahnya yang sebagian besar rawa-rawa maka kerajinan tangan bisa menjadi salah satu produk unggulan, dan sudah dikenal hingga dunia internasional akan kerajinan tangan dari jenis anyaman, baik yang berbahan dari rotan, purun, enceng gondok dan pandan.

Pengrajin anyaman Kabupaten HSU pun terus berinovatif mengembangkan varian baru berbagai anyaman untuk membuka peluang pasar lebih luas, antara lain adalah anyaman bamban (purun).

Anyaman bamban yang dulu hanya membuat kerajinan bakul atau keranjang untuk mengangkut hasil pertanian, kini dikembangkan menjadi produk kerajinan tas dan lainnya.

Melihat keberhasilan Pemerintah Kabupaten HSU membina warganya dalam hal pengembangan kerajinan tangan berupa anyaman dari berbagai bahan melimpah yang dimiliki daerah yang penuh rawa dan lebak tersebut, terpilih sebagai tempat lokalatih pengembangan kerajinan anyaman purun dan kain sasirangan alami.

Tempat yang dipilih oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk lokalatih kali ini bertempat di Desa Darussalam, Kecamatan Danau Panggang. Pelatihan ini digelar dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan gambut.

Kegiatan Lokalatih Pengembangan Kerajinan Anyaman dan Kain Sasirangan Alami ini diikuti oleh sekitar 28 orang yang di antaranya ibu-ibu dari Batola, Hulu Sungai Selatan, dan juga Hulu Sungai Utara, serta anak-anak dari SMK.

Perwakilan BRG, Apriyanto, mengatakan, Desa Darusalam dipilih menjadi tempat lokalatih karena punya potensi yang sangat besar sekali terkait dengan serat alam (purun, rotan dan eceng gondok). “Di desa ini sudah terdapat beberapa kerajinan yang baik namun ingin ditingkatkan lagi agar produk di desa ini dapat mempunyai nilai yang lebih tinggi,” ujar Apriyanto.

Selain itu juga mendatangkan beberapa pelatih yang sudah biasa mengajarkan terkait dengan serat alam atau pewarna alami untuk para pengrajin di desa tersebut agar menggunakan pewarna alami atau serat alam.

Seiring dengan itu, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten HSU, Hj Anisah Rasyidah Wahid, mengatakan, dalam pembuatan kain sasirangan diharapkan tidak terikat lagi dengan bahan kimia, sehingga para pengrajin diajarkan agar bisa memanfaatkan bahan-bahan di sekitar atau yang disebut bahan alami dan ramah lingkungan.

Anisah berharap melalui lokalatih yang diselenggarakan oleh BRG ini masyarakat dapat lebih bagus lagi kualitas produksinya sehingga menarik minat para konsumen, serta dapat mengangkat ekonomi masyarakat melalui pemasaran di tingkat nasional maupun internasional.

Anisah juga menginginkan agar para peserta lokalatih lebih serius mengikuti pelatihan dan materi yang diberikan oleh para pelatih, yang pada akhir lokalatih nanti bisa mempraktekkan apa yang diajarkan para pelatih, sehingga hasil yang diperoleh pun dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Belanda merupakan salah satu negara yang warganya sangat berminat akan berbagai produk kerajinan dengan bahan baku purun asal Kabupaten HSU dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan.

Potensi pasar ekspor kerajinan anyaman masih cukup besar. Di pasar Amuntai, ibu kota Kabupaten HSU, topi dari bahan purun hanya seharga Rp 3.500 per buah, namun di Negeri Belanda menjadi sebesar Rp 50.000.

Hal tersebut menunjukan prospek produk kerajinan yang ada di Kabupaten HSU sangat menjanjikan untuk diekspor asalkan para pengrajin meningkatkan hasil dan kualitas produk kerajinan mereka. “Harga produk kerajinan di HSU sangat murah, karena desain dan motifnya yang kurang berkembang. Jika para pengrajin lebih kreatif lagi, tentu harganya pun lebih meningkat lagi”.

Pemkab HSU berharap para pengrajin yang mengikuti lokalatih yang diadakan oleh BRG mampu memberikan pencerahan dan pelatihan sehingga pengrajin dapat meningkatkan kualitas dari kerajinan anyamannya, sehingga dapat meningkatkan perekonomian para pengrajin.

Sebelumnya, Pemkab HSU melalui SKPD terkait yaitu Dikuperindag menggelar pelatihan di sejumlah sentra kerajinan di HSU dan sudah mulai membuahkan hasil, di antaranya pengrajin eceng gondok di Kecamatan Paminggir kini mulai mengalami kenaikan omzet penjualan. Jika dulu pendapatan mereka hanya berkisar beberapa ratus ribu rupiah, kini omzet para pengrajin sudah mencapai Rp 1 juta hingga Rp2 juta.

Karena itu Pemkab HSU optimistis para pengrajin di kabupaten yang masyarakatnya dikenal religius ini akan mampu meningkatkan kualitas kerajinan tangan berupa anyaman dengan terlebih dahulu mendapatkan pelatihan yang diselenggarakan BRG Provinsi Kalsel. (Tim)